Saturday, June 22, 2019
Saturday, January 20, 2018
Seni Di Kota Tua Jakarta
Seni Di Kota Tua Jakarta
Siapa bilang wong cilik di Jakarta hanya menimbulkan
masalah sosial dan lingkungan, serta mengotori jalan dan trotoar? Mereka adalah
kelompok yang tersingkir dari kehidupan kota yang semakin modern. Sama nasibnya
dengan kota tua yang bertembok kusam dan cat kusennya sudah lama terkelupas, terpinggirkan
oleh bagian kota yang baru, berlantai granit yang mengkilat, kusennya dari
alumunium, berdinding kaca yang menyilaukan. Tulisan ini akan membahas wong
cilik dari sudut yang berbeda. Wong Cilik yang menyalurkan bakat positifnya
melalui guratan kuas di atas kanvas, coretan sketsa pensil di atas kertas yang
memiliki nilai seni.
Lihatlah misalnya, di trotoar Jalan Pintu besar Jakarta
terdapat pelukis-pelukis jalanan, wong cilik yang berkarya melalui naluri seni:
lukisan. Mereka melukis wajah orang serta bagian kota lama untuk mencari
nafkah. Para pelukis ini menggelar lukisannya di pinggir trotoar, terlindungi
dari hujan dan terik matahari oleh tenda atau lantai atas deretan rumah toko
yang menjorok keluar. Bagi yang tertarik dengan jasa ini dapat meninggalkan
foto yang akan di lukis dengan pensil hitam dengan ongkos Rp 400 ribu Rupiah. Tetapi,
wong cilik ini bukan hanya melukis dengan pensil, juga dengan Cat minyak yang berwarna
baik lukisan wajah ataupun bangunan-bangunan di kota tua
Para pelukis ini dengan expresinya juga melukis mural di
dinding rumah yang tidak berpenghuni. Lukisan mereka tampak jelas dari seberang
jalan, memeriahkan suasana macet kota Jakarta. Dengan ekspresi kritik yang tegas, di tahun
2001 mereka melukis tokoh-tokoh politik yang sedang berada di atas panggung
Indonesia. Secara diam-diam seorang profesor dari universitas Leiden yang
kebetulan lewat memotretnya untuk menjadi bagian dari makalah tentang kota Jakarta.
Di pintu toko yang tertutup selama tujuh belas tahun,
semenjak kerusuhan di tahun 1998, mereka menggantungkan bermacam-macam lukisan.
Ditembok rumah yang tidak terurus mereka berekspesi berekspresi melalui lukisan
untuk melupakan kondisi ekonomi yang menderanya menjadi pelukis jalanan. Kota
Jakarta yang modern sudah tidak mau melirik mereka lagi, menghempaskan mereka
ke kota tua yang tidak terurus. Pelukis Jalanan ini adalah pencipta keindahan
yang terkubur oleh gemerlap kota, seperti kota lama Jakarta yang tersingkir
oleh bagian kota modern yang gemerlapan.
Para pelukis ini mencurahkan bakatnya di atas trotoar
yang jarang di lalui orang, di depan ruko yang tidak berpenghuni. Memang sejak
kerusuhan 1998 banyak bangunan yang rusak dan dibiarkan oleh penghuninya,
sehingga tetumbuhan muncul di lantai atas yang tidak terurus. Para pemilik
rumah kosong ini trauma terhadap kerusuhan yang menghancurkan harta miliknya. Namun
di depan rumah kosong mereka justru menjadi tempat bagi para pelukis ini untuk berkarya.
Seni lukis seperti di Jalan Pintu Besar ini haruslah di
kembangkan untuk menghidupkan kota tua. Di kota-kota tua di Eropa misalnya,
dapat di temui para pelukis jalanan yang menjadi pusat perhatian para pejalan
kaki. Di Paris banyak para pelukis yang melukis sudut kota dan reproduksi
lukisannya dijual di kios-kios pinggir jalan. Di tepi kanal-kanal kota
Amsterdam juga terdapat para pelukis yang menjadi pusat kerumunan para pejalan
kaki yang kemudian membeli lukisan itu.
Kota yang benar adalah kota yang mampu merangkul para
senimannya. Kota yang mengangkat harkat pelukis dan memberinya tempat. Lukisan
di sepenggal trotoar Jalan Pintu Besar mungkin tidak sebanding dengan lukisan
di galeri pelukis ternama, tetapi mereka, wong cilik ini, yang membuat kota tua
tetap hidup walaupun sekarat.
Di Pasar baru, pada bagian pinggir Jalan Samanhudi, juga
terdapat penjual lukisan dan rangka lukisan atau foto. Kiosnya menempel di trotoar
dan menyita tempat bagi para pejalan kaki. Jika banjir datang mereka buru-buru
menyelamatkan lukisan-lukisan itu. Setelah jalanan kering kembali mereka
menggelar kembali lukisannya di “galeri tenda”nya.
Dari wawancara, kebanyakan mereka adalah pelukis yang
bukan berasal dari sekolah seni. Mereka secara otodikdak senang melukis dan akhirnya
mencari nafkah dengan keahlian seninya melukis. Semua pekerjaan seni memang
bermula dari kesenangan, hobi, baik itu seni lukis atau seni yang lain. Kemampuan
seni itu akan berkembang jika pemerintah, baik pemerintah kota ataupun
pemerintah pusat serius dalam mengembangkan seni di Indonesia khususnya di kota
tua Jakarta.
Ironisnya, para pelukis di kota tua Jakarta seakan
berjalan sendiri. Mereka menggantungkan lukisannya di tempat yang tidak banyak
di kunjungi para wisatawan sehingga tidak bisa menjadi bagian dari atraksi
pariwisata. Seni di Kota Tua adalah bagian dari cara menghidupkan kota lama.
Trotoar kota lama seharusnya menjadi gallery lukisan bagi
semua orang, bukan terpencil seperti di trotoar Jalan Pintu Besar. Warga kota seharusnya
merasa bangga dan berharga tatkala berjalan disitu, mengapreasi dan mengkritik
hasil seni para pelukis Jakarta. Sehingga Trotoar kota lama bukan hanya tempat
para pelukis dari golongan bawah yang tidak dapat pameran di galeri, juga
merupakan tempat bagi para pelukis terkenal untuk membuka galerinya di sana. Kota
tua Jakarta adalah rumah para pelukis dan seniman pada umumnya. Mungkinkah?
Tuesday, September 1, 2015
Kota Cerdas
Kota Cerdas? Transportasi Publik dan Sektor Informal di Jakarta
Kota cerdas, apakah itu? Banyak pengelola kota di Indonesia mengartikan kota cerdas sebagai kota yang penuh teknologi sehingga mereka mengadakan program Wi-Fi di seluruh kota dengan tujuan semua orang dapat dengan mudah mengakses internet. Di Indonesia kota cerdas di asosiasikan sebagai kota yang memiliki teknologi informasi canggih. Semua pelayanan kota dilakukan secara online, baik dari mencari tempat tidur di rumah sakit bagi mereka yang harus rawat inap, sampai dengan pelayanan kependudukan yang dapat diakses dari rumah melalui perangkat komputer. Benarkah demikian?
Kota Cerdas adalah kota yang mampu memanfaatkan teknologi digital atau teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan kota, mengurangi konsumsi dan biaya pengeluaran, baik energi, transportasi, sampah, air bersih, dan air kotor, serta mempererat hubungan antar warga kota sehingga kotanya menjadi nyaman Tetapi, Indonesia selama ini sangat jauh dari kota cerdas karena kota cerdas membutuhkan pengelolaan kota yang prima. Kota-kota di Indonesia masih kekurangan energi terbukti dengan listrik yang sering padam, sampah yang tidak terkelola dengan baik, air bersih yang tidak mengalir, air kotor yang mampet sehingga menimbulkan penyakit. Semua adalah bukti bahwa jarak antara kota cerdas yang diidamkan dan kenyataan yang ada masih sangat jauh.
Kota yang cerdas adalah kota yang nyaman dihuni dan mampu memberi kesejahteraan bagi penduduknya. Kota yang tidak hanya secara ekonomi mampu mensejahterakan penduduknya, tetapi juga nyaman dihuni sehingga setiap penduduknya termotivasi untuk maju, terinspirasi dan di dorong untuk lebih produktif. Sehingga bisa dikatakan kota cerdas lebih banyak berhubungan dengan perencanaan kota baik perencanaan sosial maupun ruang yang dapat menjadi wadah untuk hidup nyaman. Itu berarti teknologi informasi hanya bagian kecil dari kota cerdas secara keseluruhan.
Di dalam perencanaan sosial dan ruang itu, Kota cerdas adalah kota yang mampu berproduksi dengan memanfaatkan berbagai titik simpul yang ada. Disitulah letak kecerdasan kota. Memang benar Kota Cerdas adalah kota yang dapat memberi fasilitas telekomunikasi bagi penduduknya. Dulu sebelum ada telepon seluler, kota cerdas adalah kota yang dapat memberi fasilitas telpon bagi penduduknya. Sekarang hampir semua orang memiliki telpon seluler dan dapat bertelekomunikasi dimana saja, telpon rumah menjadi barang usang dan keberadaannya sekarang banyak di gunakan untuk internet atau televisi kabel. Tetapi apakah semua itu dapat mengangkat kesejahteraan penduduk dan dapat merubah kotanya menjadi nyaman untuk dihuni?
Di hubungkan dengan kepercayaan Tionghoa, Memang telekomunikasi adalah tulang punggung kota sehingga kota dapat tegak berdiri. Tetapi kota yang cerdas bukan hanya tulang punggung yang tegak tetapi bagaimana memanfaatkan titik Chi secara cerdas untuk dapat berkembang atau memberdayakan titik simpul agar peredaran darah kota menjadi lancar. Chi adalah titik simpul yang harus dimanfaatkan secara optimal dengan teknologi digital sehingga hidup menjadi lebih efisien dan pelayanan kota menjadi cepat dan lancar seperti perumpamaan peredaran darah di atas.
Dari definisi ini tentunya kota cerdas bukan hanya melulu kota modern dengan teknologi canggih. Dijaman dulupun sudah ada kota cerdas yang mengembangkan wilayah kota dengan titik simpul kota yang baru seperti Kota semarang pada tahun 1914 dengan koloniale tentoonstelling sebagai titik simpul baru. Memang sekarang pengembangan kota ditarik dengan jalan baru seperti jalan lingkar sehingga perkembangan kota tidak terkendali. Pengembangan kota dengan memberdayakan titik simpul yang ada lebih cenderung untuk mengendalikan pertumbuhan kota sementara membuat kota lebih nyaman dan dapat memberi kesejahteraan.
Harus diakui bahwa kemajuan teknologi akan menggerakkan ekonomi titik simpul kota secara lebih cepat. Di Indonesia seharusnya kota cerdas diinterpretasikan sebagai perkuatan titik-titik simpul kota agar dapat diberdayakan, baik titik simpul itu pasar, stasiun, pecinan dan lain-lain. Sebagai simpul pembentuk kota, ia seharusnya nyaman untuk di kunjungi dan mengundang pariwisata dikemudian hari. Kota yang cerdas adalah kota yang mampu mendaya-gunakan dirinya. Ini adalah tugas para pengelola kota karena sampai sekarang titik-titik simpul kota di biarkan merana dengan bangunan yang kusam dan tidak terurus dengan baik.
Kota cerdas sangat tergantung dari bagaimana mendaya-gunakan titik simpulnya. Ia meliputi berbagai sektor dan wilayah kota, topik yang akan di soroti dalam website kami. Berdasarkan kenyataan betapa kompleksnya tujuan pembangunan kota cerdas, dalam website citynodes kami membuka menu kota cerdas sehingga dapat kita diskusikan bersama.
Untuk artikel yang lebih lengkap silahkan baca di citynodes.
Untuk artikel yang lebih lengkap silahkan baca di citynodes.
Sunday, August 23, 2015
Selamat Datang di Wisindo, Wisata Indonesia
Pariwisata di Tepi Sungai Mentaya Sampit
Selamat
datang di situs Wisindo. Kami senantiasa memberikan informasi wisata di Indonesia
sampai dengan kota sekecil apa pun. Bagi kami semua tempat di Indonesia adalah
Indah dan dapat dijual sebagai tujuan pariwisata. Apakah seluruh wilayah
Indonesia adalah surganya pariwisata? Tergantung bagaimana kita melihatnya.
Website ini mengajak anda untuk mengekplorasi seluruh wilayah Indonesia. Kami
memandang Nusantara sebagai halaman luas yang dimana saja dapat ditanami “pohon
pariwisata” yang nantinya akan berbuah memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Maka
dari itu kami terbuka jika ada pemerintah daerah yang ingin mempromosikan
pariwisata di daerahnya di website ini.
Selain
itu situs kami juga melakukan pendidikan pariwisata bagi siapa saja yang ingin tahu
apa itu pariwisata. Maka dari itu banyak tulisan pariwisata yang mudah
dimengerti oleh semua orang. Kami selalu berusaha menyederhanakan segala hal
yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Teori-teori pariwisata yang hanya
dimengerti oleh dunia kampus diubah menjadi sederhana dan enak dibaca.
Jangan
lupa, situs ini mengungkap secara lebih luas tentang perencanaan pariwisata.
Bagi kami masalah pariwisata bukan hanya bagaimana mempromosikannya sehingga
laku dijual, tetapi juga bagaimana mempersiapkannya. Suatu perencanaan
pariwisata merupakan multidisiplin. Untuk itu kami bekerjasama dengan perguruan
tinggi terkemuka untuk menjelaskan hal ini.
Kami
juga menyajikan tulisan-tulisan ringan, enak dibaca dan memberi pendidikan
pariwisata. Cita-cita kami adalah semua orang Indonesia sadar wisata. Dengan
demikian akan mudah menatanya dan mempromosikan pariwisata. Kekuatan pariwisata
sebenarnya terletak pada kesadaran masyarakatnya untuk menjadi masyarakat yang
“menjual” pariwisata.
Selamat
Datang di Wisindo!
Batavia Kota Lama Jakarta
Batavia Old Jakarta
Goodemorgen para Batavian.
Selamat
datang di Klik Batavia! Tempat berbincang dan berdiskusi tentang Batavia, kota
lama Jakarta. Sebagai admin, saya mengharapkan anda merasa kembali kemasa
lampau. Memang Batavia sendiri banyak diceritakan orang Jakarta tetapi belum
ada situs yang menfokuskan diri pada perbicangan dan diskusi tentang Batavia.
Walaupun
Batavia hanya bagian yang sangat kecil dari Indonesia, karena merupakan kota tua ibukota Negara dia adalah
cermin pembangunan kota lama di seluruh Indonesia. Sejarah kota yang panjang
mulai jaman VOC yang konon dibangun sebagai tiruan Kota Amsterdam, sampai
jamannya Pak Ahok sebagai gubernur, kota tua Jakarta selalu menunjukkan
dinamika yang tidak pernah layu.
KlikBatavia akan sangat diperlukan semua orang baik yang cinta kota lama atau yang
tidak memiliki perhatian sama sekali. Bagi pecinta kota lama tentu situs ini
adalah rumah untuk mengekpresikan diri, membedah memori kolektif yang selama
ini terpendam. Bagi mereka yang belum memiliki perhatian tentang kota lama, harus
dibuat tertarik. Mengapa? Kota Lama Jakarta – Batavia adalah identitas Jakarta
di jaman internet. Jangan hanya melihat di koran atau televisi tentang indahnya
kota lama Amsterdam, tetapi kita harus bisa membangkitkan kecintaan terhadap
kota lama Jakarta - Batavia
Bagi
orang muda, kota tua adalah wahana untuk belajar baik dari sudut seni,
arsitektur, kesehatan kota, bahkan ekonomi kota. Bagi para peneliti baik
dibidang-bidang yang disebutkan tadi ataupun bidang-bidang yang lain, adalah
obyek penelitian yang sangat menarik. Untuk orang awam, kota tua merupakan
pusat kenangan masa lampau. Kota lama adalah ruang yang menyegarkan dari
kejenuhan kota modern yang penuh dengan gedung tinggi tetapi sekaligus macet
dan kumuh, seperti halnya kota-kota di Negara yang sedang berkembang.
Segalanya
tentang Batavia! Tuangkan apa saja yang menjadi pemikiran anda tentang kota tua
Jakarta, baik lewat tulisan di Blog, komentar, berpartisipasi dalam forum
diskusi. Bahkan, membaca artikel di menu Klik Batavia saja, sudah merupakan
partisipasi penting dalam keterikatan dengan kota lama.
Ayo berpetualang
di Batavia yang penuh misteri!
Subscribe to:
Posts (Atom)