Sampah di Sukamara 2001
Pada tanggal 2 Juli Kabupaten Sukamara tepat berusia dua tahun semenjak berpisah dengan kabupaten induk Kotawaringin Barat. Selama dua tahun pula wilayah perkotaan Sukamara berubah fungsi dari ibukota kecamatan menjadi ibukota kabupaten. Perubahan ini terjadi demikian cepat dan demikian terasa pada berbagai sendi kehidupan. Sebagai ibukota kecamatan, Sukamara memiliki simbol-simbol yang terbatas atau bahkan tidak demikian penting simbol tadi. Tetapi sebagai ibukota Kabupaten, simbol tadi demikian melekat sehingga kota harus memiliki landmark atau tetenger bahwa “inilah ibukota kabupaten sukamara”. Demikian pula dengan wilayah perkotaan diluar kota Sukamara jika sebelumnya beroriensi secara simbolis kearah Pangkalan Bun, maka sekarang secara simbolis dan fungsional berorientasi ke kota Sukamara sebagai ibukota kabupaten Sukamara.
Selain masalah simbol dan fungsi baru, wilayah perkotaan ibukota kabuaten baru ini memiliki berbagai kepentingan yang mendasar baik secara ekonomis, sosial politik ataupun lingkungan. Jika hari ini kita berdialog tentang membangun masa depan Kabupaten Sukamara yang berwawasan lingkungan maka hal ini tidak akan terlepas baik secara ekonomis ataupun politis, dengan semangat membangun wilayah perkotaan yang juga berwawasan lingkungan.
Masalah lingkungan merupakan masalah perkotaan di Indonesia yang sampai sekarang sangat sulit untuk dipecahkan. Mulai dari masalah pembuangan sampah, pencemaran lingkungan, hingga perluasan kota yang banyak mengambil jalur hijau ataupun daerah serapan air yang semuanya berfungsi untuk satu pembangunan kota yang berkelanjutan. Karena itu sebagai ibukota baru semangat untuk mengangkat masalah lingkungan ini sangat tepat. Kabupaten yang membangun masa depannya dengan memperhatikan lingkungan, bagaikan membangun rumah dengan mempertahankan halaman yang hijau dan pohon yang rindang sehingga membuat suasana yang teduh, kabupaten yang membangun dengan wawasan lingkungan adalah menyelamatkan warisan leluhurnya dari kehancuran.
Judul yang diberikan kepada saya adalah Tata Ruang Wilayah perkotaan Kabupaten Sukamara, dimana di Kabupaten ini terdapat tiga kota yakni Sukamara, Kuala Jelai dan Balai Riam. Karena terbatasnya waktu saya akan menyoroti kota Sukamara sebagai bahan kajian yang tentunya juga bisa dipakai untuk memikirkan dua kota yang lain.
Selain masalah simbol dan fungsi baru, wilayah perkotaan ibukota kabuaten baru ini memiliki berbagai kepentingan yang mendasar baik secara ekonomis, sosial politik ataupun lingkungan. Jika hari ini kita berdialog tentang membangun masa depan Kabupaten Sukamara yang berwawasan lingkungan maka hal ini tidak akan terlepas baik secara ekonomis ataupun politis, dengan semangat membangun wilayah perkotaan yang juga berwawasan lingkungan.
Masalah lingkungan merupakan masalah perkotaan di Indonesia yang sampai sekarang sangat sulit untuk dipecahkan. Mulai dari masalah pembuangan sampah, pencemaran lingkungan, hingga perluasan kota yang banyak mengambil jalur hijau ataupun daerah serapan air yang semuanya berfungsi untuk satu pembangunan kota yang berkelanjutan. Karena itu sebagai ibukota baru semangat untuk mengangkat masalah lingkungan ini sangat tepat. Kabupaten yang membangun masa depannya dengan memperhatikan lingkungan, bagaikan membangun rumah dengan mempertahankan halaman yang hijau dan pohon yang rindang sehingga membuat suasana yang teduh, kabupaten yang membangun dengan wawasan lingkungan adalah menyelamatkan warisan leluhurnya dari kehancuran.
Judul yang diberikan kepada saya adalah Tata Ruang Wilayah perkotaan Kabupaten Sukamara, dimana di Kabupaten ini terdapat tiga kota yakni Sukamara, Kuala Jelai dan Balai Riam. Karena terbatasnya waktu saya akan menyoroti kota Sukamara sebagai bahan kajian yang tentunya juga bisa dipakai untuk memikirkan dua kota yang lain.
No comments:
Post a Comment