Sunday, May 3, 2015

Arsitektur Pembebasan

Museum Arkheologi di Trowulan 1931

Dengan demikian, arsitektur harus mengemban dua misi utama, pertama: melalui esensi bentuk dan ruang harus didapat bentuk baru, walaupun kontradiktif tetapi harmonis. Pendapat ini radikal tetapi realistis. Realistis dalam arti kita meninggalkan ambisi para konstruktivis yang ingin membentuk masyarakat baru melalui arsitektur.

Kedua, arsitektur dan jalan harus memberi nilai positif bagi kehidupan. Positif bukan dalam arti merubah sistem sosial budaya yang ada seperti misalrtya mendisain arsitektur baru guna mengakhiri masalah-masalah sosial, karena arsitektur tidak pernah dan tidak akan pernah merevolusi sosial-budaya yang ada. Positif disini adalah meningkatkan nilai lingkungan yang ada. Contoh yang bagus adalah jalan di sepanjang kali Code di Kota Baru Yogyakarta yang dulu merupakan sarang pelacuran dan kejahatan, sekarang jalan tersebut berubah menjadi baik, bebas dari sebutan kanker kota karena pada sisi jalan yang dulu berupa tanah kosong di tebing sungai sekarang telah menjadi perumahan dan toko-toko baru.

Arsitektur hendaknya bukan batasan mengenai bentuk seperti pembatas-pembatas tradisional. Tetapi ia adalah kebebasan yang sebebas-bebasnya bahkan lebih bebas daripada penggunaan geometri arsitektur modern.

Di Indonesia pemanfaatan arsitektur tradisional untuk mencari bentuk baru telah dimulai sejak jamannya Maclaine Pont yakni setelah setelah diskusi arsitektur pada tahun 1924, ia pergi ke Trowulan untuk melakukan penelitian.  Namun perkawinan (dual Coding) antara tradisional dan modern seperti yang dikatakan Jencks, hanya menghancurkan dogma arsitektur modern yang mengutuk omamen tanpa memberi kan pemecahan yang baru seperti halnya konstruktivis dengan ide barunya.
Sekarang satu bentuk baru muncul dalam dunia arsitektur. Arsitektur bukan lagi 'pop-art', atau 'fast-food', yang sekali dinikmati terus selesai. la bukan pula konglomerasi gaya-gaya lama untuk memberi omamen pada bangunan modern. Arsitektur baru adalah ruang dan pergerakan, ia lebih radikal dari pada konstruktivis ataupun dadais. Baru dalam arti memanfaatkan keagungan arsitektur modern didalam berbagai manivestasi kebebasan seni. Melalui esensi bentuk dan ruang secara radikal diolah untuk melahirkan disain-disan baru yang yang tidak terduga-duga. Arsitektur baru bukan hanya logis tetapi juga tak logis.

Di Eropa, arsitektur baru ini, disebut "Deconstruktivis", ia mempertahankan arsitektur avant garde, ia diilhami oleh ide-ide bentuk arsitektur konstruktivis, namun membebaskan diri dari sistem struktur yang kaku, menjadi sistem struktur yang tidak terstruktur.  Di Indonesia ia kita sebut saja sebagai arsitektur Pembebasan. Karena ia menjungkir balik dan mendobrak pola-pola pemikiran arsitektur yang dihinggapi "virus" identitas arsitektur tradisional.

Entah apapun namanya, arsitektur Pembebasan harus hidup didalam arsitektur Indonesia yang sudah seragam (baca beratap tradisional, atau bangunan berlantai banyak dengan menggunakan teritisan seperti sirip ikan), statis dan membosankan. Spirit baru didalam arsitektur adalah kekuatan untuk menolak tekanan penguasa didalam menentukan bentuk-bentuk arsitektur. Arsitektur baru bukanlah sebuah aliran yang pada akhirnya membatasi kebebasan itu sendiri. Arsitektur pembebasan ini adalah "accidental" kekuatan rakyat jelata di dalam menentukan bentuknya. Jadi, dia menentang pelebaran jalan yang merusak arsitektur, la menolak bentuk arsitektur yang di"perda"kan.

Namun, arsitektur pembebasan tidak meninggalkan konteks. Juga ia tidak pasrah terhadap konteks seperti halnya Aldo Rossi yang mencari analogi untuk sebuah disain yang baru.  Lebih dari itu pembebasan berarti mengintervensi konteks, ia bangkit dari satu konteks untuk memberi makna positif pada konteks yang ada. la bentuk yang dinamis dan fungsi yang sangat kompleks.

No comments:

Post a Comment