Kelenteng Ho Tek Cing Sing di Sukamara: Sejarah Orang Tionghoa
Jika di pulau jawa terdapat kota pahlawan surabaya, maka seharusnya kota pahlawan di Kalimantan Tengah adalah Sukamara. Kota inilah ajang pertempuran mempertahankan diri dari tentara Belanda yang hendak menguasai kembali Kalimantan Tengah pada tahun 1946. Dalam serbuan tadi, menurut Buku sejarah Kotawaringin Barat, separo kota sukamara telah dibakar Belanda. Tetapi perjuangan rakyat sukamara yang majemuk terhadap Belanda tidak pernah berhenti. Terbukti adanya pejuang-pejuang seperti Legong dan Akau yang ditangkap Belanda dan memilih mati dari pada menyerahkan dirinya. Kota disusun dan dirajut oleh sejarah. Membakar separo dari sebuah kota seperti yang dilakukan Belanda adalah usaha merusak warisan Budaya yang tak terhingga nilainya. Membakar kota adalah juga usaha menghancurkan lingkungan hidup suatu peradaban manusia. Yang harus dicatat disini adalah bahwa rakyat Sukamara yang majemuk tadi ternyata berhasil membangun kembali kotanya, serta menyelamatkan kembali lingkungan kehidupannya. Kota Sukamara dapat dipakai sebagai model pembangunan rakyat terhadap ligkungan perkotaannya.
Sejarah kota merupakan bagian yang penting untuk melihat tata ruang kota saat ini. Sejarah adalah rajutan berbagai elemen kota yang saling berinteraksi selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Sejarah kota dan analisa jaringan (tissue) kota inilah yang akan menentukan arah pembangunan yang seharusnya diikuti. Kota lama yang sarat dengan sejarah perjuangan merupakan identitas dan semangat kota yang tidak terpisahkan dengan pembangunan bagian kota yang baru. Karena itu sejalan dengan pengembangan kota, maka bagian kota lama seharusnya dilestarikan. Dengan pelestarian kota lama ini, maka bagian sosial-budaya lingkungan hidup terselamatkan dan pembangunan kota berkelanjutan.
Kota Sukamara identik dengan berbagai kota air di Kalimantan Tengah yang tumbuh secara linear dengan sungai. Jalan Cakra Adinegara merupakan jalan tertua dikota ini dimana sejak jaman dulu menjadi urat nadi ekonomi kota. Menurut Seorang arsitek Italia Aldo Rossi (1975) kota tersusun melalui elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer adalah elemen kota yang tidak bisa diubah, dan bila diubah akan mengubah struktur kotanya. Sedang elemen sekunder adalah elemen yang selalu berubah-ubah sepanjang masa. Bagi Sukamara elemen primernya adalah sungai Jelai dan jalan Cakra Adi Negara, sedang element sekundernya adalah perumahan yang ada disekitarnya. Dengan dibangunnya kompleks kantor Bupati dan jalan menuju ke Kotawaringin Lama merupakan elemen primer yang baru.
Lapisan pertama kota Sukamara adalah jalan Cakra negara dan kemudian lapisan-lapisan baru. Kecenderungan pertumbuhan kotanya adalah berubah dari pola linear ke pola grid dan kemudian dengan dirintisnya jalan lingkar akan menjadi dinamo dari munculnya pola radial yang sampai sekarang belum kelihatan. Bertumpu pada sejarah dan wawasan lingkungan inilah seharusnya kota Sukamara dibangun. Sehingga seperti yang dikatakan oleh Peter Eisenmann bahwa kota memiliki jiwa, maka jiwa Sukamara yang ada sejak dari jaman dulu akan selalu terasa sebagai bagian dari pembangunan kotanya. Dengan berwawaskan lingkungan diharapkan kota ini tidak sakan pernah mati atau kehilangan jiwanya
Sejarah kota merupakan bagian yang penting untuk melihat tata ruang kota saat ini. Sejarah adalah rajutan berbagai elemen kota yang saling berinteraksi selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Sejarah kota dan analisa jaringan (tissue) kota inilah yang akan menentukan arah pembangunan yang seharusnya diikuti. Kota lama yang sarat dengan sejarah perjuangan merupakan identitas dan semangat kota yang tidak terpisahkan dengan pembangunan bagian kota yang baru. Karena itu sejalan dengan pengembangan kota, maka bagian kota lama seharusnya dilestarikan. Dengan pelestarian kota lama ini, maka bagian sosial-budaya lingkungan hidup terselamatkan dan pembangunan kota berkelanjutan.
Kota Sukamara identik dengan berbagai kota air di Kalimantan Tengah yang tumbuh secara linear dengan sungai. Jalan Cakra Adinegara merupakan jalan tertua dikota ini dimana sejak jaman dulu menjadi urat nadi ekonomi kota. Menurut Seorang arsitek Italia Aldo Rossi (1975) kota tersusun melalui elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer adalah elemen kota yang tidak bisa diubah, dan bila diubah akan mengubah struktur kotanya. Sedang elemen sekunder adalah elemen yang selalu berubah-ubah sepanjang masa. Bagi Sukamara elemen primernya adalah sungai Jelai dan jalan Cakra Adi Negara, sedang element sekundernya adalah perumahan yang ada disekitarnya. Dengan dibangunnya kompleks kantor Bupati dan jalan menuju ke Kotawaringin Lama merupakan elemen primer yang baru.
Lapisan pertama kota Sukamara adalah jalan Cakra negara dan kemudian lapisan-lapisan baru. Kecenderungan pertumbuhan kotanya adalah berubah dari pola linear ke pola grid dan kemudian dengan dirintisnya jalan lingkar akan menjadi dinamo dari munculnya pola radial yang sampai sekarang belum kelihatan. Bertumpu pada sejarah dan wawasan lingkungan inilah seharusnya kota Sukamara dibangun. Sehingga seperti yang dikatakan oleh Peter Eisenmann bahwa kota memiliki jiwa, maka jiwa Sukamara yang ada sejak dari jaman dulu akan selalu terasa sebagai bagian dari pembangunan kotanya. Dengan berwawaskan lingkungan diharapkan kota ini tidak sakan pernah mati atau kehilangan jiwanya
No comments:
Post a Comment