Tuesday, April 28, 2015

Konstruktivis dan Masyarakat Sosialis

Arsitektur Konstruktivis

Kembali pada kesemrawutan jalan dr.Cipto di atas, tentunya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa semua itu dapat diatasi melalui disain jalan yang memilahkan antara pejalan kaki, kendaraan tidak bermotor, kendaraan bermotor. Pembagian jalur ini dipercaya mampu mengubah tingkah laku manusia atau dengan kata lain semuanya dapat diubah menjadi lebih teratur melalui disain yang baik.

Pendapat seperti ini telah tumbuh sejak timbulnya revolusi Rusia di tahun 1917, dimana muncul aliran arsitektur yang disebut sebagai konstruktivis. Pada mulanya aliran ini menumpukan diri kepada teknologi dan bersifat apolitik. Hal ini ditandai dengan "manifesto" di buku yang ditulis oleh Moisei Ginzburg "The style and the age" yang berbunyi:
"Kemajuan yang demikian cepat didalam teknologi harus memajukan arsitektur .... proyek-proyek industri rekayasa yang baru sudah demikian akrab dengan pola kehidupan masa kini.... Semua itu harus memberi nafas baru di dalam gerakan arsitektur".

Namun setelah terbentuknya OSA (perhimpunan arsitek masa kini) Konstruktivis menjadi sangat politis sifatnya. Satu semboyan mereka yang sangat terkenal adalah:

" Arsitektur masa kini harus lebur di dalam hidup baru yang sosialis".

Semboyan ini benar-benar menjadi dasar teori-teori mereka tentang arsitektur dan perencanaan kota. Dari disain-disain rumah tinggal yang mencoba menerapkan azaz-azaz kebersamaan sampai kepada keharusan untuk menghancurkan masa lalu yang feodal, sistem pemerintahan yang sentralisasi di bawah Tzar yang dianggap sebagai racun bagi pembentukan masyarakat sosialis.

Pada perencanaan kota, aliran ini berpendirian bahwa kota sebagaimana dianut oleh regim komunis Rusia sebagai penguasa baru, adalah peninggalan sistem Feodal dan Kapitalis pada jaman Tzar dimana pusat kota menjadi "centre of population" dan pusat kekuasaan ekonomi, harus ditinggalkan. Menurut para konstruktivis karena sistem sosialis yang sama rata - sama rasa sedang di dalam tahap pengkonstruksian, maka perlu adanya distribusi penduduk dan aktifitas pembangunan yang merata ke seluruh wilayah. Sehingga, butuh adanya desentralisasi pusat kota dan membatasi pertumbuhannya.

Walaupun sampai sebatas mana pusat kota harus dieleminir pendapat pengikut konstruktivis terpecah menjadi dua kelompok yakni: pertama adalah Kelompok Urbanis, mereka sangat moderat didalam mengeliminasi pusat kota. Sedang kelompok kedua dis-urbanis menghendaki penghapusan pusat kota secara total. Namun kedua-duanya sepakat bahwa desentralisasi sangat penting untuk membentuk masyarakat sosialis.

Tetapi Partai komunis Rusia juga sama dengan pemerintahan Tzar yang menginginkan kelestarian kekuasaannya. Ketakutan akan ide-ide desentralisasi dari para konstruktivis yang ekstrem kiri ini mengharuskan mereka untuk memberi tindakan. Pada tanggal 29 Mei 1930, komite sentral Partai komunis Rusia dengan keras melarang para komrade yang terlalu ekstrem dan dianggap "membahayakan" revolusi itu sendiri. Pemikiran-pemikiran tentang desentralisasi dinyatakan terlarang dan aliran konstruktivis pun dibubarkan. Debat mereka tentang tahap mengeliminasi pusat kota hanya tinggal di atas kertas.

Meskipun sekarang dari sudut arsitektur, konstruktivis muncul kembali di Eropa Barat menjadi De-konstruktivis, Konstruktivis tetap sebagai contoh kegagalan sebuah ide yang mempersamakan antara perencanaan arsitektur dengan perencanaan sosial. Dengan kata lain, disain bangunan tidak mungkin mendikte perubahan sosial-budaya penghuninya. Demikian pula disain jalan tidak akan merubah perilaku hidup yang semrawut.

Lihat saja jalan mataram. Jalan tersebut dibagi menjadi tiga jalur; 2 jalur lambat di kiri dan kanan, serta jalur cepat di tengah-tengahnya. Namun jangan heran jika ada kendaraan bermotor ngebut di jalur lambat bahkan menentang arus. Demikian pula becak, mereka juga tidak semuanya berjalan di jalur lambat tetapi ada yang ikut balapan dengan mobil di jalur cepat. Sedang pejalan kaki terpaksa memakai jalur lambat dengan resiko ditabrak becak karena kaki lima telah dipenuhi oleh penjual makanan, dan akhirnya tukang parkir yang menyetop deretan mobil yang sedang berjalan untuk memberi kesempatan kepada Truk yang baru saja parkir agar bisa masuk ke dalam arena balap. Hanya demi Rp 200,- lalu lintas pun macet total!

No comments:

Post a Comment