Wednesday, May 6, 2015

Thomas Karsten dan Kota Baru.

Candi Baru: Sketsa Thomas Karsten

Arsitek-arsitek Belanda yang mengadu nasib di Hindia Belanda sejak awal abad inipun menyadari akan perbedaan besar antara keadaan tropis dan daerah asal mereka yang bermusim dingin. Thomas Karsten yang terkenal menjadi “Bapak kota baru” di Indonesia selalu mendisain hunian dengan building coverage yang demikian rendah menyerupai daerah pinggiran kota di Eropa. Kota baru di Jogjakarta misalnya, didisain dengan building coverage 24% dan di setiap plot rumah diberi halaman untuk rumput dan pepohonan. Jalan dan boulevardpun didisain dengan pepohonan rindang dan pertamanan yang benar-benar cocok untuk iklim tropis.

Dari gambar perspektif rancangan Thomas Karsten di Candi baru Semarang, taman dan boulevard tadi diperuntukkan bagi penduduk kota yang senang duduk-duduk di taman sambil membaca buku dan bercanda disitu. Pohon yang rindang tentunya untuk menjawab tantangan panas teriknya matahari di siang hari. Rancangan Thomas Karsten di Candi Baru ini jelas bertolak belakang dengan oude stad (kota lama) kota-kota besar pantai utara Jawa yang dibangun berabad-abad sebelumnya oleh pemukim Belanda yang belum mengerti bagaimana menyiasati iklim tropis sehingga di oude stad ini tampak miskin akan pepohonan dan di siang hari panasnya bukan kepalang. Walaupun demikian karena di tempo doeloe  kota masih didominasi oleh pejalan kaki, sepeda, dokar dan angkutan kuda yang lain, panasnya matahari dan masalah ekologis lainnya belum begitu terasa mengganggu seperti sekarang ini.

No comments:

Post a Comment