Seni Bangunan Tua di Sukamara
Orang selalu berpikir akan kota seni, sehingga untuk menikmati seni tadi harus pergi ke kota Jogyakarta dimana banyak seniman berkumpul. Tetapi sebenarnya bukan kota seni yang perlu dicatat, kota yang yang dibangun dalam konteks sejarah dan lingkungan adalah suatu karya seni. Sehingga walaupun merupakan kota kecil, Sukamara merupakan karya seni. Bangunan-bangunan kuno yang selamat dari pembakaran NICA dijaman perang dulu dan artefak-artefak serta kehidupan tradisional Sumakara merupakan inti dari Sukamara as a work of art. Untuk itulah berbagai bangunan kuno dan pola kehidupan dikota lama hendaknya dipelihara dan bahkan di lindungi agar Sukamara tidak terbawa arus globalisasi.
Sebagai karya seni, Sukamara merupakan kumpulan berbagai arsitektur yang hidup. Orang selalu berpikir bahwa karya arsitektur selalu harus besar seperti Mesjid Istiqal, Borobudur ataupun gedung-gedung bertingkat. Kota sebagai karya seni sebenarnya lebih cenderung kepada arsitektur vernakular, atau arsitektur yang dibangun rakyat, baik rumah tinggal atau pun bangunan ibadah yang skalanya kecil. Dari bangunan vernakular ini sebenarnya kehidupan ada dan terus berlangsung. Di Singapura, tempat-tempat seperti little india yang masih mempertahankan bangunan ruko yang kuno, merupakan tempat yang mengesankan karena orang selain dibawa kemasa lalu juga masuk kedalam skala arsitektur yang lebih manusiawi dibandingkan dengan gedung-gedung tinggi yang sepi kehidupan dimalam hari. Demikian pula kota-kota kecil di tepi sungai Rhein yang dibangun dari kayu serta hanya dua lantai seperti halnya bangunan-bangunan di Sukamara, adalah karya seni umat manusia yang tidak memiliki arsitek. Tata kotanya diatur menurut tradisi yang terus berlanjut. Jika Kota Sukamara masih memiliki bangunan kayu yang tradisional ini, sudah seharusnya dilingdungi agar kota menjadi suatu karya seni.
Sebaliknya kota yang tidak memiliki lagi bangunan lama dan cenderung membongkar bangunan dan arsitektur lama, menggantikannya dengan arsitektur yang baru, walaupun arsitektur baru tadi mahal harganya, maka kota tadi telah kehilangan jiwanya dan dia sudah bukan lagi satu karya seni. Tetapi, untuk mempertahankan diri sebagai karya seni, apakah suatu kota tidak boleh membangun bangunan baru? Kota sebagai karya seni merupakan keseimbangan antara yang lama dan yang baru. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana sekarang dengan penataan ruang perkotaan Sukamara, Berpegang pada sejarah kota, wawasan lingkungan dan kota sebagai karya seni, maka wilayah perkotaan di Kabupaten Sukamara perlu diidentifikasi secara mendalam untuk dapat menentukan arah pembangunannya.
Sebagai karya seni, Sukamara merupakan kumpulan berbagai arsitektur yang hidup. Orang selalu berpikir bahwa karya arsitektur selalu harus besar seperti Mesjid Istiqal, Borobudur ataupun gedung-gedung bertingkat. Kota sebagai karya seni sebenarnya lebih cenderung kepada arsitektur vernakular, atau arsitektur yang dibangun rakyat, baik rumah tinggal atau pun bangunan ibadah yang skalanya kecil. Dari bangunan vernakular ini sebenarnya kehidupan ada dan terus berlangsung. Di Singapura, tempat-tempat seperti little india yang masih mempertahankan bangunan ruko yang kuno, merupakan tempat yang mengesankan karena orang selain dibawa kemasa lalu juga masuk kedalam skala arsitektur yang lebih manusiawi dibandingkan dengan gedung-gedung tinggi yang sepi kehidupan dimalam hari. Demikian pula kota-kota kecil di tepi sungai Rhein yang dibangun dari kayu serta hanya dua lantai seperti halnya bangunan-bangunan di Sukamara, adalah karya seni umat manusia yang tidak memiliki arsitek. Tata kotanya diatur menurut tradisi yang terus berlanjut. Jika Kota Sukamara masih memiliki bangunan kayu yang tradisional ini, sudah seharusnya dilingdungi agar kota menjadi suatu karya seni.
Sebaliknya kota yang tidak memiliki lagi bangunan lama dan cenderung membongkar bangunan dan arsitektur lama, menggantikannya dengan arsitektur yang baru, walaupun arsitektur baru tadi mahal harganya, maka kota tadi telah kehilangan jiwanya dan dia sudah bukan lagi satu karya seni. Tetapi, untuk mempertahankan diri sebagai karya seni, apakah suatu kota tidak boleh membangun bangunan baru? Kota sebagai karya seni merupakan keseimbangan antara yang lama dan yang baru. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana sekarang dengan penataan ruang perkotaan Sukamara, Berpegang pada sejarah kota, wawasan lingkungan dan kota sebagai karya seni, maka wilayah perkotaan di Kabupaten Sukamara perlu diidentifikasi secara mendalam untuk dapat menentukan arah pembangunannya.
No comments:
Post a Comment