Lawang Sewu. Dulu Kantor NIS di Semarang
Menurut Lewis Mumford, tidak ada jawaban tunggal bagi pertanyaan 'apa itu kota', alias kota dapat didefinisikan melalui ber-bagai ilmu, sudut pandang. Satu definisi tunggal yang langsung mengenal artifaknya adalah kumpulan masa (bangunan) dan ruang (ruang di luarnya). Sebagai kumpulan masa dan ruang, maka komunikasi visual dicapai mela¬lui artikulasi antara mereka (ma¬sa dan ruang) dengan manusia. Penampilan berubah apabila manusia melihat masa dan ruang kota berubah.
Jika masa dan ruang disebut ber-artikulasi, maka cara manu¬sia hidup manusia di dalamnya di¬sebut ber-inhibitasi. Semarang utara berbeda dengan Semarang tengah karena masa dan ruang-nya berbeda. Bangunan-bangun¬an lama di Semarang utara meng-artikulasikan suasana "Kekolonialan', sedang Semarang tengah tepatnya Simpang Lima meng-artikulasikan "masa kini", walaupun keduanya ber-inhibitasi sama, yaitu tempat manusia me-lakukan perdagangan.
Artikulasi dan inhibitasi seharusnya merupakan patokan dasar di dalam perancangan kota. Bangunan dapat tetap kokoh berdiri dari zaman ke zaman, tetapi fungsi, cara manusia hidup berganti menurut kebutuhannya. Seandainya "Lawang Sewu" yang sekarang digunakan sebagai markas militer diubah menjadi kampus, tanpa mengganti bangunannya, kompleks Tugu Muda tetap memiliki 'sense' yang sama se-perti sedia-kala. Lain halnya jika bangunan Lawang Sewu tersebut diganti dengan bangunan baru, walaupun fungsinya sama, tidak diganti yaitu sebagai markas militer, 'sense' kompleks Tugu Muda akan berubah sama sekali.
Jika masa dan ruang disebut ber-artikulasi, maka cara manu¬sia hidup manusia di dalamnya di¬sebut ber-inhibitasi. Semarang utara berbeda dengan Semarang tengah karena masa dan ruang-nya berbeda. Bangunan-bangun¬an lama di Semarang utara meng-artikulasikan suasana "Kekolonialan', sedang Semarang tengah tepatnya Simpang Lima meng-artikulasikan "masa kini", walaupun keduanya ber-inhibitasi sama, yaitu tempat manusia me-lakukan perdagangan.
Artikulasi dan inhibitasi seharusnya merupakan patokan dasar di dalam perancangan kota. Bangunan dapat tetap kokoh berdiri dari zaman ke zaman, tetapi fungsi, cara manusia hidup berganti menurut kebutuhannya. Seandainya "Lawang Sewu" yang sekarang digunakan sebagai markas militer diubah menjadi kampus, tanpa mengganti bangunannya, kompleks Tugu Muda tetap memiliki 'sense' yang sama se-perti sedia-kala. Lain halnya jika bangunan Lawang Sewu tersebut diganti dengan bangunan baru, walaupun fungsinya sama, tidak diganti yaitu sebagai markas militer, 'sense' kompleks Tugu Muda akan berubah sama sekali.
Terlihat kiranya betapa erat hubungan antara bentuk masa dan ruang dengan artikulasi yang dihasilkannya. Artikulasi 'lama' harus dipertahankan jika tidak ingin kehilangan jejak masa yang silam. Kemajuan teknologi ditampung pada inhibitasi, cara hidup, sehingga sejarah kota tidak putus begitu saja.
No comments:
Post a Comment