Tuesday, May 5, 2015

Kontradiktif - Historis

Pangkalan Bun: Deretan Rumah Di Tepi Sungai Arut

Sintesa dari kedua pendapat itu, bisa dimanfaatkan dalam dua macam konsepsi perancangan bangunan.
 
  1. Pada bangunan lama yang memiliki nilai-nilai arsitektur, penambahan dan pengurangan bagian bangunan, harus tetap memberikan penampilan eksterior yang serasi dengan bentuk bangunan secara keseluruhan. Sedangkan interior boleh berubah sesuai dengan kebutuhan pemakai sejauh tidak mengganggu eksteriornya. 
  2. Pada bangunan baru yang terletak di lingkungan yang memiliki ciri arsitektur tersendiri, eksterior dirancang berdasarkan adaptasi bentuk terhadap lingkungannya. Melalui pengamatan terhadap lingkungan tersebut, diambil garis-garis dominan, harmoni, maupun proporsl yang ada untuk diolah menjadi satu wujud yang baru. Sedangkan interiornya didasarkan pada kegiatan manusia di dalamnya.
  3. Kota yang cerdas dirancang dengan melestarikan bangunan kunonya. Bukan hanya di Jawa, tetapi kota-kota air di Kalimantan penuh dengan bangunan kuno yang seharusnya menjadi panutan bagi pembangunan yang baru. Dengan demikian kotanya akan unik dan menarik untuk dikunjungi.

Pendekatan kontradiktif - historis bahkan identitif ini masih merupakan embrio, gagasan awal yang bila digulirkan akan menelorkan berbagai-bagai gagasan baru. Melalui tulisan ini kami mengajak para profesional maupun akademisi untuk menggeluti-nya hingga kita benar-benar menemukan jawaban atas kondisi 'chaos' belantika arsitektur di tanah air.
 
                                              * * *

No comments:

Post a Comment